WcBma5LrLOg50X66kF3p5HaCfJ41Lo99JHjSF8cx
Bookmark

Peranan Motivasi dalam Wirausaha

Peranan Motivasi dalam Wirausaha

Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah dorongan, kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi tergantung kepada kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan terbesar akan menentukan perilaku seseorang.

Motif yang kuat akan berkurang apabila telah mencapai kepuasan atau mengalami kegagalan (Alma, 2005). Menurut Setyorini D., (2010) bahwa seorang wirausahawan adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan memiliki motivasi tinggi, yang beresiko dalam mengejar tujuannya. 

Untuk dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka diperlukan sikap dan perilaku yang mendukung pada diri seorang wirausahawan. Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang.

Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Untuk itu motivasi (sikap dan perilaku) semangat kewirausahaan perlu dipupuk.

Akan tetapi upaya menumbuhkan semangat kewirausahaan ternyata tidak mudah. Bagi sebagian orang, motivasi kewirausahaan merupakan ‘hadiah (given) dan bagi sebagian orang lain perlu ‘perjuangan’ untuk menumbuhkan.

Oleh karena itu, pengenalan motif kewirausahaan dapat menjadi salah satu titik awal untuk membangkitkan semangat kewirausahaan. Motif tersebut antara lain:

  • Motif berprestasi (the need for achievement): mendorong individu berprestasi dengan patokan prestasi dirinya sendiri atau orang lain. Satu motif untuk berwirausaha yang penting.
  • Motif berafiliasi (the need for affiliation): mendorong individu untuk berinteraksi dengan orang lain yang mengandung kepercayaan, afeksi dan empati.pati.
  • Motif berkuasa (the need for power): mendorong individu untuk menguasai dan memanipulasi orang lain.

Dengan mengenali motif setiap individu dalam berwirausaha, maka alasan berwirausaha menjadi lebih jelas. Pada umumnya individu berwirausaha dengan alasan:

  • merdeka secara finansial, artinya bebas dari standar upah yang distandarisasi,
  • merdeka waktu, artinya bebas dari pekerjaan rutin yang membosankan dan tanpa tantangan, dan
  • mewujudkan impian, artinya dia dapat dengan bebas mengatur/ melaksanakan konsep atau ide sesuai keinginannya.

Sebagian besar orang percaya bahwa wirausaha wajib memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal tersebut wajar karena kebanyakan wirausaha memulai sesuatu yang baru dan terkadang “tidak umum” dilakukan oleh orang lain. Untuk mencapai tingkat kepercayaan diri yang tinggi perlu beberapa tahapan persiapan diri, yaitu:

1. Mengenali diri sendiri (Who Am I : game)

Tahapan mengenali diri sendiri, mengenali kelemahan dan kekuatan/keunggulan diri sendiri menjadi dasar mengenal diri sendiri. Dilanjutkan dengan proses penerimaan atas kondisi kelemahan dan keunggulan diri dengan proses compromise internal.

Apabila seseorang gagal pada tahap compromise internal maka seseorang akan gagal melewati tahapan pengenalan diri sendiri.

2. Memperbaiki Persepsi (Persepsi : game)

Pandangan positif terhadap suatu perubahan menjadi dasar yang penting bagi wirausaha. Pandangan positif nantinya akan menjadi sumber motivasi utama selama perjalanan kewirausahaan. Memperbaiki persepsi tidaklah mudah, diperlukan tahapan penyadaran diri terlebih dulu bahwa padangan positif lebih berharga.

Gibson, dkk (1993) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek).

Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut.

Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

a. Faktor Internal

yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

  • Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
  • Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan suatu bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
  • Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
  • Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
  • Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
  • Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

b. Faktor Eksternal

merupakan karakteristik dari linkungan dan obyekobyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

  • Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek pada gilirannya membentuk persepsi.
  • Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
  • Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar dengan penampilan dan latarbelakang sekeliling yang sama sekali di luar sangkaan individu akan banyak menarik perhatian.
  • Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat.
  • Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Post a Comment

Post a Comment