WcBma5LrLOg50X66kF3p5HaCfJ41Lo99JHjSF8cx
Bookmark

5 Cara Mengelola Utang dengan Bijak agar Tidak Menjadi Bom Waktu

Cara Mengelola Utang dengan Bijak

5 Cara Mengelola Utang dengan Bijak agar Tidak Menjadi Bom Waktu - Utang ibarat pedang bermata ganda. Di satu sisi, dia bisa menjadi malaikat penolong saat kita sedang membutuhkan. Tapi di sisi lain, dia juga bisa menjadi mesin pembunuh yang mematikan. 

Banyak orang yang hidupnya berantakan, karirnya hancur, keluarganya bubar, bahkan melakukan tindak kriminal karena memiliki utang. Maka dari itu, sangat penting untuk mengetahui cara mengelola utang agar Anda tidak terjebak pada jeratan utang yang mematikan.

Utang sendiri terbagi menjadi dua, yakni utang yang bersifat produktif dan konsumtif. Utang yang bersifat produktif bisa meningkatkan aset. Seperti untuk modal bisnis, dan sebagainya. Sementara utang yang konsumtif tidak akan menghasilkan apa-apa. 

Contoh utang ini seperti berutang untuk membeli baju, makanan, dan sebagainya. Baik utang yang bersifat produktif atau konsumtif sebenarnya sah-sah saja, selama Anda mengetahui batasan-batasan dan bijak dalam mengelolanya.

1. Hindari Sebisa Mungkin

Cara mengelola utang dengan bijak yang pertama adalah hindari sebisa mungkin, terutama untuk utang yang bersifat konsumtif. Utang memang terlihat manis di awal, namun rasa pahitnya baru akan terasa pada saat waktu pembayaran tiba. 

Jadi jika Anda melihat ada sepatu atau tas baru dan kebetulan belum memiliki uang untuk membelinya, sebaiknya Anda tunda dulu keinginan tersebut. Lebih baik menabung sedikit demi sedikit kemudian membelinya secara tunai, daripada membeli dengan berutang.

2. Batasi Jumlah Utang

Jika terpaksa berutang, Anda harus bisa membatasi jumlah utang. Dikutip dari sebuah sumber, batasan ideal untuk utang yang bersifat produktif adalah 30-35% dari pendapatan. Sementara untuk utang yang bersifat konsumtif hanya boleh sekitar 15% saja dari jumlah pendapatan. 

Sebagai contoh, jika dalam waktu satu bulan Anda mendapatkan penghasilan Rp. 5-juta, maka Anda hanya boleh berutang untuk kebutuhan konsumtif sebesar Rp. 750-ribu saja (15% dari Rp. 5-juta).

3. Hindari Pinjol dan Paylatter

Kemajuan teknologi memberikan kemudahan dalam berbagai hal, termasuk dalam berutang. Saat ini kita mengenal istilah pinjaman online, yang memungkinkan kita untuk mendapatkan dana segar hanya dengan KTP dan selfie di depan kamera. 

Belum lagi Paylatter, yang bisa membuat kita checkout barang dari e-commerce tanpa harus membayar saat itu juga. Namun sayangnya, di balik bujuk rayu Pinjol dan Paylatter, terdapat “tipu daya” yang mematikan. 

Baik pinjol maupun paylatter sama-sama memiliki bunga, yang jika tidak dikelola dengan baik tentu akan mencekik penggunanya. Bagi yang beragama Islam, bunga juga termasuk ke dalam riba yang dilarang oleh agama. Jadi sebisa mungkin hindari menggunakan pinjol atau paylatter.

4. Lakukan Pencatatan

Cara mengelola utang dengan bijak yang selanjutnya adalah melakukan pencatatan. Catat setiap pemasukan dan pengeluaran, catat juga jumlah utang yang Anda miliki. 

Dengan demikian, Anda bisa mengetahui pos-pos apa saja yang menghabiskan banyak uang, dan bisa menekan pengeluaran yang tidak diperlukan. Selain itu, Anda juga akan lebih sadar bahwa ada utang yang harus dibayar.

5. Lunasi dan Jangan Jadikan Kebiasaan

Saat memiliki utang, prioritaskan untuk melunasi utang tersebut. Sisihkan pendapatan untuk melunasi utang. Jika masih kurang, Anda bisa mencari sumber pendapatan tambahan. Seperti dari pekerjaan sampingan, dan sebagainya. Jika sudah lunas, berjanjilah pada diri sendiri untuk tidak berutang lagi.

Utang memang diperbolehkan, tapi jika masih memungkinkan sebaiknya dihindari agar tidak menimbulkan permasalahan. Salah satu cara menghindari utang adalah dengan membatasi diri dari keinginan-keinginan yang bersifat konsumtif. 

Semoga pembahasan mengenai mengelola utang dengan bijak ini bermanfaat, dan bisa membuat kita lebih bijak dalam berutang.
Post a Comment

Post a Comment