Prinsip - prinsip Laporan Keuangan - Jika melihat suatu perusahaan yang memiliki pabrik luas, tenaga kerja banyak, dan berproduksi sepanjang tahun, tentu disimpulkan perusahaan tersebut tergolong besar. Lalu, berapakah besarnya? Kita tak dapat lagi hanya dengan menyebutkan luas pabrik sebagai ukuran besarnya.
Dapat saja suatu perusahaan dengan pabrik yang kecil, tetapi sebenarnya memiliki nilai yang lebih besar. Untuk itu, diperlukan standardisasi ukuran besarnya. Standar itu biasanya dinyatakan dalam mata uang (rupiah). Standar tersebut dinyatakan dalam laporan keuangan.
Pada laporan keuangan tersebut, akan dapat dilihat besaran kekayaan (aset), nilai produksi, besarnya beban gaji (tenaga kerja), dan juga jumlah uang yang dimiliki oleh perusahaan. Pada laporan keuangan tersebut, juga diketahui besarnya utang yang dimiliki perusahaan serta modal yang disetor dan modal yang ada pada perusahaan.
Hal-hal tersebut dapat lebih menjelaskan kondisi perusahaan dibandingkan pengamatan langsung. Laporan tersebut juga lebih dapat dibandingkan dengan perusahaan sejenis jika ingin dibuat perbandingannya.
1. Basis Akrual
Laporan keuangan mengikuti prinsip akuntansi dan dikenal dengan prinsip akrual (accrual). Prinsip akrual menunjukkan pengakuan dan kapan penerimaan/beban dapat diakui. Prinsip yang konservatif menunda pengakuan penerimaan sampai benar-benar yakin diterima serta mendahulukan pengakuan beban.
Pengakuan di sini tidaklah mesti sama dengan penerimaan uang (prinsip kas). Prinsip akrual untuk penerimaan (revenue) dari penjualan akan diakui pada periode saat barang dijual atau jasa telah dijalankan (seluruhnya atau secara substansial).
Demikian pula beban yang benar-benar terjadi pada periode tersebut (current period). Sebagai contoh, beban tenaga kerja dan beban material. Misalkan, dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan tersebut dapat diakui sebagai penerimaan (revenue) walaupun tidak diterima kasnya.
Pembayaran sewa gedung tunai untuk masa sewa tiga tahun, misalnya Rp60 juta. Pada tahun ini, gedung baru terpakai setahun. Pengakuan beban gedung (untuk laporan tahun ini) sebesar Rp20 juta walaupun uang kas yang dikeluarkan sebesar Rp60 juta.
Hal ini karena masa manfaat yang telah dipakai memang barulah satu tahun. Demikian juga dengan beban lainnya, semisal beban asuransi (dibayar di muka). Ada juga beban yang belum dibayarkan, tetapi manfaatnya telah diterima saat ini maka wajiblah diperhitungkan bebannya pada periode saat ini juga. Misalkan, gaji karyawan yang terutang, beban listrik, telepon, dan lain-lain yang belum dibayar.
2. Waktu Pengakuan
Persoalan utamanya adalah kapan penerimaan bisa diakui (revenue can be recognize) dan kapan beban dicocokkan, secara wajar jika pekerjaan telah diselesaikan (serah terima). Namun, dapat saja terjadi pengaturan pengakuan.
Dalam hal ini, dapat dimajukan atau dimundurkan. Bagian ini merupakan kelemahan tersendiri serta rawan terhadap vested interest atau earning management. Begitu juga dengan pengakuan umur ekonomis mesin serta pemilihan metode depresiasi yang dipakai.
Pemilihan ini merupakan metode akrual yang legal. Standar akuntansi tidak mengatur secara kaku karena jika diatur secara kaku, dikhawatirkan tidak dapat diinterpretasikan oleh pengguna.
Dalam hal inilah, earning management merupakan pemilihan kebijaksanaan oleh manajemen (pengelola perusahaan) dalam hal laporan keuangan (LK) untuk menyediakan sesuai dengan keinginannya. Namun, pembuat laporan keuangan harus tetap konsisten mempergunakan metode yang dipakai.
3. Nilai Buku
Laporan keuangan didasarkan pada nilai perolehannya (nilai Waktu diperoleh atau dibeli). Dengan demikian, laporan keuangan selalu berdasarkan nilai buku (book value). Apa yang terjadi pada harga pasar tidaklah menjadi perhatian.
Misalkan, harga beli mobil kantor sebesar Rp100 juta setelah lima tahun (saat ini) menurut nilai bukunya sebesar Rp50 juta (penyusutan sebesar 10 juta/tahun). Namun, harga pasar mobil tersebut saat ini sebesar Rp70 juta.
Pada neraca hanya dicatatkan berdasarkan nilai bukunya, bukan nilai pasarnya. Jika mobil tersebut dijual, selisih sebesar Rp20 juta dicatat sebagai capital gain. Capital gain ini masuk sebagai pendapatan lain-lain.
Post a Comment